Teror Hantu Kuntilanak (1)



Cerita Mistis - Namaku adalah Aria. Saat ini aku berumur 19 tahun ditahun 2002. Hari hariku dihabiskan untuk belajar sebuah alat instrument musik dan bekerja part time. Rumahku sebenarnya Di Depok jawa barat, berhubung jauh dari tempat aku bekerja di Jakarta. Aku memutuskan untuk tinggal di rumah nenekku di Sunter Jakarta.
Siang ini seperti biasanya. Megahnya langit, begitu biru dan cerah. Terlihat gumpalan awan awan kecil yang menghiasi pandangan ke arah langit. Dihalaman lantai dua rumah Nenekku ini, keluarga kami sering berkumpul bersama. Halaman rumah yang menyenangkan.
Di ruangan santai ini hanya kami bertiga. Aku bersama dengan kedua Om ku dari garis keluarga mamaku. Yang tertua bernama Om Bayan (Nama sengaja disamarkan) dan Om ku yang kedua dalam ruangan ini adalah Om luki (juga nama yang disamarkan). Om luki ini lebih suka di panggil dengan panggilan “Mas” ketimbang “Om”. Semua keponakan termasuk Aku memanggil Om satu ini dengan sebutan “Mas” untuk Mas Luki.
Suasana dirumah ini selalu menyenangkan. Ditengah jantung Kota Jakarta yang atmosfer kehidupannya super sibuk dan ramai. Kami sering menghabiskan waktu bermain gitar, bernyanyi bersama, dilengkapi gendang dangdut. Biasanya menyanyi lagu lagu lawas seperti koes plus, titik puspa dan lagu lagu se-jamannya. Hanya sekedar melepas kepenatan dari aktifitas kami sehari hari.
Tidak jarang juga kami sering pergi keluar bersama-sama. Pergi memancing dilaut, menembak burung, memburu tikus dengan senapan juga hal lainnya. Keakraban kami sebagai satu keluarga besar terasa hangat.
Rumah yang nyaman ini berada di daerah Sunter Jakarta dan dilantai dua ini terlihat halaman yang cukup luas. Dibangun tempat untuk bersantai di bagian depan dari halaman lantai dua ini. Ruangan santai ini dibuat tanpa dinding untuk tempat kami bersantai.
Nenekku adalah seorang guru. Guru Disekolahan Ternama. Karena itulah sebab dimana Nenekku ini sering berteman dan bergaul dengan orang tua murid yang biasa kita golongkan sebagai orang orang kaya.
Disela-sela Aku sedang ngobrol santai, bersama kedua Om ku. Terdengar dari kejauhan suara pijakkan kaki beralas sandal yang lumayan menganggu keheningan kami bercengkrama. Suara itu terus semakin mendekat dan lebih terdengar keras. Tiba tiba suara itu menggelegar dari arah jalan masuk ruangan ini.
“Heh…!!! Dengerin Ibu !!!” Ternyata itu adalah nenekku. Semenjak nenekku mempunyai cucu dia senang dengan sebutan IBU, untuk panggilannya kepada dia. Maka Aku sebagai cucunya juga memanggil nenekku ini dengan sebutan IBU.
Dan kami bertiga menoleh ke suara yang tidak asing lagi ini. Dan Ibu melanjutkan bicaranya dengan semangat.
“Ibu diajak ke Villa teman di Anyer. Tempatnya bagus! Dekat banget dengan pinggir pantai. Ada speedboat disana… wah pokoknya tempatnya enak deh!!! “ Kata Ibu yang lagi semangat bicara.
Aku Masih belum tahu maksud dari arah pembicaraan yang Ibu sampaikan.
“Bisa mancing ngga??” sela suara Om Bayan bertanya.
“Bisa dong! Ke laut tuh Cuma jalan kaki aja sampai” jawab Ibu.
Dari semangat ceritanya Ibu, ternyata sedang memberikan tawaran kepada kami.
“Kalau mau sore ini ikut sama Ibu. Kita berangkat ke Villa teman Ibu di Anyer. Dipinggir laut
tempatnya…hmmmm pokoknya bagus banget deh!!!”
“Berapa hari bu rencananya ??” Tanya Mas Luki.
“Ga tau Ibu blm dapet kabar lagi. Yaah mungkin dua hari. Orang teman Ibu Cuma mau
ngelongok Villanya aja sambil kita diajak jalan jalan.
Masalahnya Teman Ibu itu sendirian nggak ada teman pergi kesana, jadi dia minta untuk ditemenin. Ibu juga disuruh bawa keponakan keponakan untuk berlibur dan nemenin dia selama ngecheck rumah Villanya” Kata Ibu menjelaskan ajakannya itu.
Dengar perkataan dari Ibu. Kita bertiga jadi terbawa suasana untuk liburan di Villa itu.
“Oke lah manteeep berangkat yuk” kata Mas Luki kearah Om Bayan
“Saya boleh ikut Bu ??” Tanyaku singkat.
“Boleh… ntar semuanya siap siap ya sore ini jam 4 kita jalan” jawab Ibu sambil melangkahkan kaki ke dapur.
Saat ini waktu menunjukkan jam satu siang. Rencana yang tadi Ibu bilang, kita akan jalan jam 4 sore ini. Memang agak mendadak untuk melakukan persiapan berlibur. Ini dikarenakan Ibu di telephone mendadak sama temannya, untuk berangkat hari ini.
Akupun segera menyiapkan barang bawaan ku satu tas ransel. Setelah ku selesai ku kembali keruangan santai. Disana Mas Luki dan Om Bayan Masih asik ngobrol bercerita diruangan santai.
“Hmm… Om gmn jadi ikut ga ??? Kalau saya ikut sendirian males ah” kataku tertawa kecil. Hatiku merasa sedikit ragu dengan kedua Om ku ini. Jadi berangkat atau tidak ya…
“Jadi dong, lo siap siap aja gue mah bentaran beres.” Jawab Mas Luki yang sedang duduk berhadapan dengan Om bayan.
“Tenang aja, Masih lama jalannya kan, tiga jam lagi” sambut Om Bayan.
Obrolan kami bertiga menghabiskan waktu mengiringi penantian perjalanan dengan cangkir cangkir teh manis buatanku. Obrolan yang rasanya tak pernah habis dimakan waktu yang berputar.
Mas Luki adalah pribadi orang yang menyenangkan. Walau menyukai musik jenis rock metal dan berambut panjang melebihi pundaknya, ya tapi hatinya sangat lembut dan bersahabat. Dia selalu menggunakan kata “elo gue” kepada keponakannya termasuk Aku. Mas Luki Masih terbilang muda sebenarnya, umurnya sekitar 28 tahun. Jauh dibanding Om Bayan yang sudah berumur 46 tahun. Sedangkan Aku berumur 19 tahun pada saat ini.
Walau perbedaan umur yang mencolok, Cara bicara kedua Om ku ini seperti anak muda saja. Maka itu Aku jadi sangat mudah untuk beradaptasi dengan mereka.
Pukul empat sore tiba. Aku berempat bersama Ibu, Om Bayan dan Mas Luki naik taksi kerumah pemilik Villa di daerah cempaka putih Jakarta. Setiba dirumah teman Ibu itu lalu kita masuk ke rumah pemilik Villa. Rumah yang lumayan besar dengan tiga mobil kelas menengah dan satu mobil kelas atas, Terparkir di halaman garasinya.
Kita menunggu dan duduk diruangan tamu. Sepertinya Ibu sudah terbiasa disini. Tidak lama keluarlah seorang perempuan berjalan kearah kami, yang sedang menunggu di ruang tamu yang megah ini.
“Udah siap ya ?? “ kata tante tante cantik ini bertanya ke Ibu. Sebut saja namanya Tante Mira.
“Udah dong …!!” jawab ibu senang.
“ini kenalin mantu dan keponakanku, kalau yang satu ini cucuku nih” kata Ibu sambil memandang kearah kami bertiga dan menunjukkan jarinya kearahku.
Akupun sedikit senyum begitu juga dengan Mas Luki dan Om Bayan.
Sambil tersenyum kecil Tante Mira kembali kekamarnya untuk bersiap siap berangkat.
Ternyata Tante Mira, wanita yang tidak terlalu tua. Kalau kuperkirakan umurnya sekitar 42 tahun, lebih muda dibanding Ibu yang berumur diatas kepala 6.