Cerita Mistis - Dua
puluh menit berlalu kita semua berangkat dalam satu mobil yang Aku lupa model
dan mereknya. Tapi mobil ini terlihat mobil kelas menengah atas. Aku duduk
dibelakang sendiri, sedangkan Mas Luki duduk ditengah dengan Om Bayan. Ibu
duduk disebelah Tante Mira yang mengemudikan mobil ini dibagian depan.
Perjalanan
Jakarta Anyer memang lumayan memakan waktu yang tidak sebentar. Hitungan jam
telah berlalu. Didalam mobil ini hampir tidak ada obrolan yang terdengar jelas.
Hanya Ibu dan Tante Mira yang terkadang terdengar percakapannya. Sedangkan Om
Bayan dan Mas Luki hanya sesekali Tanya jawab. Mereka berdua lebih banyak
menghabiskan waktu didalam perjalanan dengan istirahat. Melihat hal itu Akupun
juga mengikuti jejak mereka yaitu tidur.
Ditengah
perjalanan Aku terbangun dan ternyata kita sudah keluar tol di daerah Tangerang,
Beberapa menit kemudian, Tante Mira menghentikan mobilnya dipinggir jalan.
Tepat didepan seorang lelaki yang berperawakan tinggi, agak kurus, dan sedikit
berkumis. rambutnya terlihat klimis. Lalu Tante Mira keluar dari mobil dan
pindah kearah Ibu yang duduk didepan.
Ternyata
kita berubah posisi Ibu akhirnya duduk ditengah dengan Mas Luki. Aku bersama Om
Bayan di belakang. Sekarang yang mengemudikan mobil ini ternyata Om berkumis
itu. Kita sebut saja namanya Om Anton. Ternyata dia adalah suaminya Tante Mira.
Tanpa banyak percakapan apapun mobil ini kembali melaju.
Aku
melanjutkan tidur tanpa ada perkenalan yang terjadi dalam suasana hening
didalam mobil itu. Aku memutuskan untuk kembali tidur saja.
Berlarut
waktu berjalan, rasanya sudah empat jam berlalu didalam mobil ini. Terakhir Aku
makan sepertinya sekitar jam satu siang tadi. Sekarang terasa sekali lapar ini
menggangguku. Hatiku menggerutu kesal. ”Kenapa saat keluar dari tol tadi kita
ga makan dulu. Di restoran atau apalah”. Lapar ini lumayan ga bisa ditahan.
Kebetulan kalau jalannya sama orang kaya bisa makan enak mestinya. Ternyata
angan kosongku itu hanyalah bualan angan dipikiran.
Dibalik
perasaan kesalku ini ternyata kedua Om ku mengalami hal yang sama. Rasa lapar
menggerutu didalam keheningan perjalanan. Om Bayan pada saat itu bilang dengan
suara yang lemah.
”Ampun,
ga bisa ngerokok ini. rasa lapar udah keujung kaki nih rasanya “ kata Om Bayan
seraya gelengkan kepala.
“Gue
mah lagi ngebayangin sop buntut !!” kata Mas Luki dengan nada datar dan
pelan-pelan.
“Kalau Saya udah bener bener panas nih perut hahaa…” suara kecilku terhiasi tawa kecil.
Obrolan tawa kecil kami mengalihkan perhatian rasa lapar yang ada. Walau memang kami kecewa dengan agenda makan yang tidak ada selama diperjalanan ini.
“Kalau Saya udah bener bener panas nih perut hahaa…” suara kecilku terhiasi tawa kecil.
Obrolan tawa kecil kami mengalihkan perhatian rasa lapar yang ada. Walau memang kami kecewa dengan agenda makan yang tidak ada selama diperjalanan ini.
Diluar
mobil keadaan sudah lama gelap dalam malam. Sudah Lebih dari tiga jam laju
kendaraan ini, semenjak malam menutupi kerudung cahaya dunia. Kita Masih dalam
perjalanan menembus gelapnya jalan malam. Mas Luki bicara memecah hening
suasana didalam mobil. Tangannya menunjuk kearah jendela mobil.
“Tuh
tuh Hotel Marbela tuh, benarkan gue bilang kita bakal ngelewatin Hotel Marbela”
kata Mas Luki ke Om Bayan .
“Elo
pernah kesitu ki ?? “ Tanya Om Bayan
“Dulu
gue pernah ngeband disitu makanya sedikit hafal jalan ini” kata Mas Luki.
Ternyata
sebelumnya sudah ada pembicaraan kecil antara Om Bayan dan Mas Luki selama
perjalanan. Sedangkan Aku lebih sibuk dengan memaksakan mata ini terpejam
menahan perut ini yang lapar. Mata ini pun masih terbawa kantuk yang
kupaksakan.
Beberapa puluh menit kemudian sekitar satu jam kita sampai di pintu gerbang Villa dipinggiran pantai Anyer.
Beberapa puluh menit kemudian sekitar satu jam kita sampai di pintu gerbang Villa dipinggiran pantai Anyer.
Disinilah
kisah nyata yang kualami ini berawal. Dipintu gerbang Villa mewah itu terdapat
gapura Villa yang bagus. Daun daun yang menjalar merambat diseluruh pagar dan
gapura, memberikan nuansa mistis buatku. Kita berhenti dipintu penjaga pos. Aku
kurang yakin ada yang menjaga disitu karena terlihat begitu sepi.
Tapi
memang terlihat seorang bertubuh besar memakai topi berjalan kearah mobil. Lalu
penjaga pos itu membukakan portal gerbang utama. Terdengar samar-samar suara Om
Anton berbicara dengan seorang penjaga pintu. Suasana berhias begitu gelap
merajut keheningan malam. Tergambar sunyi ruang penjaga pos itu. hanya lampu
cahaya kuning redup yang berisyarat lemah petugas berjaga.
Tibalah
saat saat yang menegangkan selalu terjadi semalaman suntuk. Perlahan laju mobil
menelusuri gelapnya jalan tanpa lampu menerangi ruas jalan di dalam pemukiman
Villa ini. Dari gerbang hingga sampai ke rumah Villa Tante Mira ku tak melihat
satupun orang di jalan.
Tetangga
tetangga Villa yang bersebelahan pun tak menandakan adanya orang yang tinggal.
Blok demi Blok Villa telah dilewati perlahan, hanya terlihat gelap saja dan
kosong. Sepertinya Villa ini tidak ditempati, hanya digunakan untuk waktu
berlibur saja oleh pemilik pemiliknya.
Gelap
malam ini terlukis terangnya sinar rembulan tanpa awan, jadikan suasana malam
ini sempurna dalam sepi kegelapan.
Pemukiman
Villa ini terlihat seperti belum lama dibangun. Dari awal kami masuk gerbang
terlihat beberapa hektar sawah dikiri dan kanan jalan. Mungkin sawah ini adalah
lahan untuk membangun Villa pada nantinya. Kita Masih dalam perjalanan, dengan
kecepatan mobil yang lambat.
Bangunan
Villa Tante Mira terasa berada di Ujung pemukiman Villa mewah ini. Om Anton
menurunkan lagi kecepatan mobil. Perlahan lahan membelokkan mobil kearah kiri
dan masuk kedalam garasi Villa yang memang tidak berpagar. Om Bayan yang duduk
tepat di sebelahku. Seperti melihat sesuatu dari jendela kaca mobil yang
sedikit gelap.
Om
Bayan ini adalah termasuk orang yang termasuk pintar dalam hal ghaib, bisa
menyembuhkan orang orang yang ketergantungan narkoba dan penyakit lainnya. Om
Bayan ini sering dipanggil orang jika ada yang kesurupan. Om bayan ini juga
sering mengatasi hal ganjil, seperti orang yang terkena santet dan sebagainya.
Dia juga termasuk orang yang taat. Om Bayan ini asli orang dari daerah
Kalimantan yang menikah dengan Tanteku atau adik dari mamaku. Sedangkan Mas
Luki adalah adik sepupu dari Mamaku.
Om
Bayan kerap bercerita mengenai hal hal mistis di kampung halamannya di
Kalimantan. Sungguh banyak cerita yang menarik dari pengalaman hidup Om Bayan
mengenai hal mistis. Dia orang yang sama sekali tidak pernah takut dengan
makhluk halus. Entah dia punya kelebihan apa di balik sosok Om Bayan yang
bersahaja ini.
Mobil
pun berhenti tepat di garasi Villa mewah ini. Seketika kita semua keluar dari
mobil. Aku secepat kilat merogoh kantong untuk merokok. Sudah enam jam rasanya
kita dalam perjalanan semenjak jam empat sore tadi. Rasa lapar dan keinginan
merokok sudah semakin menjadi. Begitupun sama halnya dengan perasaan Mas Luki.
Kami
turun dan keluar dari mobil. kita berjalan kearah jalanan, sambil menyalakan
rokok Masing Masing. Tetapi tidak dengan Om Bayan. Ternyata dia sudah melihat
sesuatu yang ganjil sesaat mobil sedang belok masuk ke garasi.
Om
Bayan lebih cepat dari langkah Aku dan Mas Luki, yang berjalan pelan dan santai
sambil bakar rokok kearah jalan didepan garasi.
Om
bayan terlihat seperti tergesa gesa…
Om
Bayan kembali kearah kami sambil bilang dengan pelan dan terdengar hela
nafasnya yang sedikit terlihat dalam keadaan sedikit panik.
“Diam
diam ada kuntilanak di pohon !!!” bisiknya tanpa menunjuk kearah kuntilanak
tersebut. Lalu Om Bayan kembali kearah jalan.
Wow…
Ternyata benar diseberang jalan depan Villa ini, ada sebuah pohon yang tidak
tinggi. Mungkin sekitar dua meter tingginya pohon itu. Aku juga kurang yakin
itu pohon apa dalam kegelapan ini. Aku lebih yakin itu lebih mirip pohon jarak
atau pohon mangga yang masih muda. Terlihat bunga bunganya berwarna putih dan
kecil kecil. Entah itu pohon jarak atau pohon mangga yang Masih muda… entahlah…
Diseberang
jalan ini tepatnya didepan rumah tetangga seberang ada sebuah pohon. jelas
terlihat kuntilanak itu seperti menyambut kedatangan kami dengan tampakkan
wujudnya di pohon itu sambil berayun ayun diantara dahan yang bercabang
besar.
Sungguh
jelas sekali bayangan putih itu bergerak gerak dengan rambut yang panjang
sekali. Mukanya tidak terlihat oleh pandangan karena gerakan berayun ayun itu,
Aku terus menajamkan pandanganku kearah kuntilanak. Berharap bisa melihat jelas
apa yang sedang aku lihat.
Om
Bayan terlihat menghampiri kuntilanak yang berayun sambil mengambil batu kecil
didekatnya. Lalu Om Bayan membacakan sesuatu pada batu kecil itu yang dipegang
dengan jari jarinya yang terkepal. Dan Om Bayan melempar batu yang terdoa
kepada kuntilanak itu.
Walau
hampir tidak percaya dengan pandanganku tapi masih terlihat jelas kuntilanak
itu dihadapanku. Aku menoleh ke Mas Luki pada saat itu yang juga terlihat
berani melangkah mendekati pohon yang di gelantungi kuntilanak. Om Bayan
melemparkan batu itu kearah kuntilanak. Dan keadaan hatiku mulai panik.
“Brueesss
!!!! “ suara pohon yang digelantungi kuntilanak itu bergetar kuat. Hentakkan
angin keras di pohon itu pun terlihat jelas. Pohon itu bergetar kuat.
Aku
melihat sangat jelas kuntilanak itu terbang dari pohon, kearah selatan dan
terdengar suara perempuan menjerit.
“Aaarrrkkh
!!” suara itu terdengar jelas oleh kami bertiga. Suara yang menggambarkan
kesakitan yang dalam. Sepertinya kekuatan batu kerikil yang terdoa itu
sangatlah kuat, dan benar benar membuat rintihan kesakitan yang mendalam dari
suara teriakan kuntilanak itu.
Kuntilanak
itu terbang menghindari Om Bayan. Terbang setinggi kepala Aku, kearah kiri dari
Villa Tante Mira. Menjauh dari arah kami bertiga dan mulai menghilang di ujung
jalan.
Dengan
suara pelan Om Bayan berbisik “ayoo ayoo kejar !!” suasana malam ini sungguh
sepi gelap dan terasa mulai mencekam.
Suara
beberapa anjing kampung mengonggong dari kejauhan terdengar seperti bersahutan.
Suara jangkrik jangkrik ikut menghiasi detik detik kuntilanak itu terbang
menjauh.
Suara
serangga lainnya juga ikut membuat suasana menjadi tambah mencekam. Aku dan Mas
Luki mengikuti langkah langkah kaki Om Bayan yang bergerak cepat kearah larinya
kuntilanak.
Berlanjut ke Teror hantu kuntilanak (3)
Berlanjut ke Teror hantu kuntilanak (3)